Senin, 30 Juni 2008

SILABUS SMA

KD :
1.2 Mendeskripsikan objek dan persoalan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan ( molekul, sel, jaringan, organ, individu,populasi,ekosistem dan bioma

INDIKATOR :
1.2.1 siswa dapat menjelaskan istilah - istilah biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan ( molekul, sel, jaringan, organ, individu, popolasi, ekosistem dan bioma)

1.2.2 siswa dapat membedakan antara sel,jaringan, dan organ pada hewan dan tumbuhan.

1.2.3 siswa dapat memahami hubungan antara tingkat organisasi kehidupan ( sel, jaringan, organ, individu, ekosistem dan bioma

1.2.4 siswa dapat membuat diagram hubungan diantara ekosistem darat dan laut

1.2.5 siswa dapat membuat data contoh tentang objek dan tingkat organisasi kehidupan

MATERI POKOK

Tingkat organisasi kehidupan makhluk hidup


PENGALAMAN BELAJAR
1. Mengamati objek biologi dan tingkat organisasi kehidupan dilingkungan sekitar sekolah
2. membuat piramida makanan dan membuat ekosistem air buatan
3. siswa berdiskusi tentang pengaruh abiotik pada organisasi tingkat organisasi kehidupan.

PENILAIAN

1. observasi
( Lisan )
2. Tertulis

ALOKASI WAKTU
2 jam pelajaran

SUMBER BAHAN ALAT
1. LKS
2. Poster
3.Akuarium
4.Buku
5.Media massa ( kliping )



Senin, 16 Juni 2008

ENERGI ALTERNATIF 2

Karena matahari memanaskan permukaan bumi secara tidak merata, maka terbentuklah angin. Energi kinetik dari angin dapat digunakan untuk menjalankan turbin angin, beberapa mampu memproduksi tenaga 5 MW. Tenaga keluaran adalah fungsi kubus dari kecepatan angin, maka turbin tersebut paling tidak membutuhkan angin dalam kisaran 5,5 m/d (20 km/j), dan dalam praktek sangat sedikit wilayah yang memiliki angin yang bertiup terus menerus. Namun begitu di daerah pesisir atau daerah di ketinggian, tersedia angin yang cukup konstan.
Pada 2005 telah ada ribuan turbin angin yang beroperasi di beberapa bagian dunia, dengan perusahaan "utility" memiliki kapasitas total lebih dari 47.317MW [1]. Kapasitas merupakan output maksimum yang memungkinkan dan tidak menghitung "load factor".
Ladang angin baru dan taman angin lepas pantai telah direncanakan dan dibuat di seluruh dunia. Ini merupakan cara penyediaan listrik yang tumbuh dengan cepat di abad ke-21 dan menyediakan tambahan bagi stasiun pembangkit listrik utama. Kebanyakan turbin yang digunakan menghasilkan listrik sekitar 25% dari waktu (load factor 25%), tetapi beberapa mencapai 35%. Load factor biasanya lebih tinggi pada musim dingin. Ini berarti bahwa turbin 5MW dapat memiliki output rata-rata 1,7MW dalam kasus terbaik.

ENERGI ALTERNATIF

Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman (2005)menegaskan, kemajuan teknologi kini mampu mengubah singkong dan kelapa sawit menjadi energi alternatif dalam mengatasi krisis bahan bakar minyak (BBM). “Singkong dapat diolah menjadi bioetanol dan kelapa sawit menjadi biodiesel yang bisa dimanfaatkan dengan mencampur sepuluh persen dari keempat jenis BBM,” kata Kusmayanto Kadiman kepada wartawan di Sanur, Bali, Rabu (13/7/2005).
Sebelum membuka Pertemuan Forum Kelautan Indonesia (The Indonesia Ocean Forum 2005 and the 13th PAMS/JECSS Workshop), ia mengemukakan, pencampuran 10 persen BBM dengan bioetanol dan biodiesel sangat dimungkinkan, sesuai ketentuan yang ditetapkan internasional.
“Jika 10 persen bahan pencampuran BBM itu dapat diproduksi Indonesia, akan sangat membantu dalam menghemat penggunaan BBM,” ungkapnya. Indonesia dalam penyusunan APBN 2005 mengalokasikan dana untuk subsidi BBM sebesar Rp 90 triliun, dengan perhitungan harga minyak di pasaran dunia 35 dollar AS per-barel. Namun, kondisi sekarang harga minyak di pasaran dunia mencapai 60 dollar AS per-barel, sehingga akan sangat mempengaruhi subsidi keuangan negara. Oleh sebab itu, beberapa alternatif untuk menghemat penggunaan BBM telah ditawarkan, termasuk diantaranya teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit. Menristek menilai, penerapan teknologi pengolahan hasil perkebunan harus didukung oleh kebijakan pemerintah, agar kalangan swasta dan investor tertarik menerapkan teknologi tersebut. Penerapan teknologi pengolahan singkong dan kelapa sawit sebagai bahan pencampur BBM tidak mungkin dilakukan oleh pemerintah, ujarnya, yang mengaku telah membicarakan kemungkinan menerapkan teknologi tersebut dalam rapat kabinet. Teknologi pengolahan singkong menjadi bioetanol sebenarnya sudah diterapkan di Lampung, namun kapasitasnya masih sangat terbatas. “Produk bioetanol sebagai bahan pencampur BBM telah saya terapkan pada mobil dinas dan 30 bus karyawan, tidak ada masalah,” ujar Menristek. Jika kedua jenis bahan pencampur BBM itu dapat diproduksi, akan mampu menghemat sedikitnya Rp 9 triliun subsidi BBM dalam setahun, demikian Kusmayanto